RSS

Minggu, 03 Mei 2015

MENGAPA DOLLAR MENJADI MATA UANG INTERNASIONAL ? (ringkas)





Normalnya, sebuah Negara mendapat pendanaan salah satunya dengan memungut pajak dari rakyatnya. Namun, bagi Negara superpower mereka dapat memungut pajak dari Negara-negara lainnya. Itulah yang berabad-abad kita saksikan terjadi dalam imperium yunani, romawi, ottoman, dan bahkan hingga Inggris raya.
Namun, untuk pertama kalinya, Amerika serikat pada abad 20 bisa memajaki negara-negara lain dunia secara tidak langsung melalui beban inflasi penciptaan mata uang dollar yang tidak didukung dengan logam berharga. Mata uang dollar yang terdistribusi secara luas menempatkan Amerika pada tempat istimewa. Negara-negara lain harus berkeringat menyerahkan hasil buminya dari minyak, tuna, rotan, kayu, emas, tembaga sementara sang superpower cukup menukarnya dengan uang kertas yang bisa dicetak kapan saja dan tanpa memiliki nilai intrinsik sedikit pun. Risiko terjadinya inflasi dari penciptaan dollar yang berlebihan dengan cerdik dialihkan kepada 60 % lebih penduduk bumi yang menggunakan mata uang ini. Hal tersebut menjadikan dollar sebagai mata uang dunia.
Alasan mengapa dollar menjadi mata uang internasional atau mata uang dunia ?
1.    Sejarah membawa dollar menjadi mata uang internasional
Konon dahulu. Era 1900-an kebawah, hampir semua negara menggunakan emas dan perak dalam transaksi apapun, bukannya uang kertas seperti sekarang ini. Bahkan Amerika Serikat (AS) pun sampai mencantumkan pada Undang-Undang Dasar (UUD) tentang penggunaan koin itu sebagai alat pembayaran.
Sekira tahun 1862-an. Tatkala Presiden Abraham Lincoln membutuhkan banyak uang guna membiayai perang saudara di negaranya. Singkat kata,  parlemen (DPR) AS mengizinkan ia meminjam uang dari bank negara (milik pemerintah) sejumlah 150 juta dolar dalam bentuk koin emas/perak. Seharusnya pemerintahan Lincoln mengembalikan utang tersebut dalam bentuk uang (koin) lagi, namun karena tak mampu, ia lalu memperkenalkan uang kertas –dengan janji– bakal dibayar kelak dikemudian hari. Itulah titik mula pemerintah AS memperkenalkan uang kertas dalam bentuk ‘sertifikat emas atau perak’.
Para pemilik uang menyimpan uang (koin emas) di bank pemerintah, lalu pihak pemerintah akan memberikan sertifikat bukti simpanan itu. Sertifikat itu kemudian dijadikan alat tukar. Misalnya, Si Edy bisa membeli barang kepada Si John menggunakan sertifikat, kemudian ketika Si John membutuhkan uang, ia dapat menyerahkan sertifikat itu ke bank dan menukarnya dengan koin emas/perak sesuai yang tertera pada sertifikat. Akhirnya, secara bertahap uang kertas disosialisasikan kepada masyarakat dan pada gilirannya dicetak secara rutin seperti yang kini terjadi.
Pada awal berlaku uang kertas, memang terdapat cadangan emas di bank sebagai jaminan, akan tetapi lama kelamaan, bukankah cadangan emas pun bakalan habis? Maka yang terjadi adalah uang beredar di masyarakat (mungkin) cuma sekedar kertas, bukan merupakan “bukti” penyimpanan emas di bank.
Dengan uang (kertas), siapapun dapat berbuat apa saja. Roda pemerintah bisa berjalan dan hidup mewah, dimana hal itu tidak bakal terjadi bila koin (uang) emas yang beredar. Retorikanya, bukankah jumlah emas itu sangat terbatas dan hanya berhak dimiliki oleh orang yang benar-benar bekerja dan punya sumber daya? Sudah barang tentu, model pemerintah korup tak mungkin bisa bermewah-mewah dalam sistem ini, kecuali apabila secara terang-terangan ia menindas rakyatnya.
Kelebihan uang kertas dibanding koin emas adalah lebih praktis, lebih efektif dan efisien dalam praktek operasionalnya, dengan kata lain, mudah dibawa kemana-mana dan sebagainya, kendati sisi kelemahan dari sistem seperti ini, segelintir orang bisa meraup dan menimbun kekayaan teramat banyak. Pengubahan sistem koin emas ke uang kertas di AS, ternyata tak semudah membalik telapak tangan. Berjalan sangat alot dan memakan waktu relatif lama. Oleh karena sebagian rakyat AS saat itu sudah mengerti bahayanya penggunaan uang kertas, dan mereka tidak mau dibodoh-bodohi dengan menukar emas dan perak miliknya dengan secarik kertas cetakan.
Dengan pertimbangan guna menyelamatkan perekonomian negara yang ketika itu mengalami krisis besar, ia menggunakan tata cara kekerasan. Pemerintah menyita semua emas perak milik rakyat. Siapa menyimpan emas/perak dianggap kriminal, diancam penjara dan denda. Semua transaksi harus memakai uang kertas. Segala kontrak bisnis yang menggunakan koin (uang) emas sebelumnya, harus segera dikonversi ke uang kertas. Para pemilik uang emas atau perak wajib menukarnya dengan uang kertas di bank-bank.
Dan seiring upaya dan cara paksa pemerintah terhadap rakyat, seiring pula indoktrinasi penggunaan uang kertas  melalui bangku-bangku sekolahan. Sebab ketika itu lembaga pendidikan di bawah kendali pemerintah. Rakyat didoktrin bahwa uang kertas sama baiknya dengan uang emas, dan penyitaan emas adalah demi kebaikan rakyat. Ketika semua emas telah ditarik dan rakyat hanya menggenggam uang kertas, bank melakukan devaluasi mata uang. Lalu pemerintah AS menjual sebagian emas kepada pasar internasional (melalui bank) dengan harga lebih mahal daripada sewaktu “membeli” dari rakyat. Sebagai gantinya, pemerintah AS menerima uang kertas dari “operasi emas” yang disita dari rakyatnya, kemudian dipergunakan untuk membiayai roda pemerintahan.
Inilah salah satu contoh perampokan besar-besaran harta rakyat oleh pemerintah di era  Rooselvelt. Dan sejak saat itu, rakyat AS sesungguhnya telah dijajah oleh bank. Oleh sebab mereka bekerja keras tetapi dibayar dengan uang kertas. Juga berbagai sumber daya alam yang secara hakiki adalah milik rakyat, dieksplorasi, dieksplotasi, lalu hasilnya ditukar uang kertas.
Tahun 1944. AS menggelar Perjanjian Bretton Woods guna menggagas sistem keuangan internasional. Acara tersebut dihadiri 44 negara Barat yang inti kesepakatannya: “bahwa negara-negara tidak lagi menggunakan emas sebagai alat transaksi internasional, melainkan dengan dolar yang di-back up atau dijamin emas”. Dan AS menjamin setiap kertas dollar dicetak, terdapat cadangan emas di bank dalam jumlah tertentu.
Pertanyaan mengapa para adidaya seperti Inggris, Prancis, Jerman dan lainnya “patuh” serta mau saja menerima perjanjian ini, oleh karena saat itu para adidaya dalam kondisi sangat lemah akibat Perang Dunia I dan II. Selain itu, bank AS dicitrakan dan tercitra memiliki cadangan emas terbanyak. Negara-negara lain diminta mempercayai mata uang dolar, oleh sebab bank-bank di AS menyimpan dua pertiga dari emas dunia.
Akan tetapi dalam perjalanan operasional Bretton Woods, AS menyerah! Ia tak mampu menjamin setiap dollar yang dicetak dengan emas. Berbagai isue dan opini pun menyeruak kepermukaan bahwa kondisi itu memang sengaja diciptakan. Dan dianggap sebagai bagian dari grand strategy para penggagas uang kertas itu sendiri.
Secara logika, jumlah emas terbatas, sedang kebutuhan dollar akan terus meningkat dan meningkat. Yang terjadi adalah dollar bakal terus dan terus dicetak serta disebar semau si pemilik percetakan dan jaminan emas terhadap  dollar tidak lagi setara dan seimbang sesuai kesepakatan Bretton Woods.
Tahun 1971. Secara sepihak AS mengumumkan bahwa ia tidak lagi terikat pada Bretton Woods. Artinya pencetakan dollar tidak ada lagi back-up emas. Dunia terhenyak! Inilah yang dikhawatirkan banyak kalangan. Apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Kentang telah jadi perkedel. Dunia terlambat menyikapi. Dollar terlanjur menjadi idola dan merasuk ke berbagai penjuru dunia: Ya, dollar menjadi alat tukar transaksi internasional. Dan logikanya, semenjak tahun 1971-an, sesungguhnya masyarakat global telah jatuh dalam penjajahan bank AS yang secara leluasa mencetak dollar.
Di AS sendiri, satu-satunya lembaga yang berhak mencetak dollar ialah The Fed (Federal Reserve Bank of New York). Tetapi sungguh ironis, awalnya bank ini bukan bagian atau milik pemerintah AS, ternyata ia murni swasta bahkan dimiliki bukan oleh warga negara AS sendiri, melainkan kepunyaan konglomerat Yahudi-Zionis dari klan Rothschild dan rekannya, antara lain Rothschild Bank of London, Rothschild Bank of Berlin, Warburg Bank of Hamburg, Warburg Bank of Amsterdam, Israel Moses Seif Bank of Italy, Lazard Brothers of Paris, Citibank, Goldman & Sach of New York, Lehman & Brothers of New York, Chase Manhattan Bank of New York, dan Kuhn & Loeb Bank of New York.
Tahun 1837-1862 sebenarnya AS telah memiliki bank tersendiri guna pencetak uang, meski dalam bentuk sertifikat emas/perak sebagaimana diurai sepintas tadi. Tetapi ketika Rothschild Cs tahun 1913-an mendirikan The Fed, ia mampu menarik perhatian dan mengambil alih peran bank-bank di AS. The Fed bisa meminjamkan uang kepada pihak pemerintah, oleh karena tercitra mempunyai cadangan emas super banyak.
Adalah kampanye kandidat para presiden AS banyak dibiayai oleh The Fed sebagai faktor utamanya, kendati ada faktor-faktor lainnya, oleh karena bargaining (politik) logis setelah memegang tampuk kekuasaan, maka para presiden terpilih mutlak harus membuat kebijakan yang menguntungkan bagi The Fed sebagai balas jasa bagi sang Big Bos.

Kesimpulan dari sejarah tersebut adalah Dimulai dari perjanjian Bretton Woods setelah Perang Dunia 2 yang efeknya masih terasa hingga sekarang; perjanjian untuk menggunakan emas sebagai standar global nilai mata uang. Pada saat itu keadaan ekonomi negara-negara dunia, kecuali Amerika Serikat, hancur karena perang. Ini menyebabkan mereka bergantung pada pinjaman yang diberikan oleh Amerika. Pinjaman ini diberikan dalam bentuk Dollar Amerika. Sebagai jaminan, Amerika menerima emas yang dimiliki negara-negara ini. Hasilnya, Amerika otomatis menguasai seluruh emas di dunia dan jadinya hanya Dollar Amerika yang nilainya disokong oleh emas. Secara praktis, ini berarti Dollar Amerika telah menggantikan emas sebagai sumber likuiditas perekonomian dunia dan menjadi basis sistem keuangan dunia. Implikasinya, setiap negara membangun cadangan devisa dalam bentuk Dollar Amerika; cadangan Dollar diperlukan agar mata uang negara yang bersangkutan dapat ditukarkan dengan Dollar atau emas. Pada saat ini lah mata uang Amerika itu menjadi mata uang internasional.
2.    Resiko menjadi mata uang internasional
Tidak selalu menjadi mata uang internasional itu memberikan efek positif pada negara yang memiliki mata uang itu, dalam hal ini negara Amerika dengan Dollarnya. Banyak efek negatif yang dapat melanda Amerika saat mata uangnya menjadi mata uang internasional. Beberapa efek negatif menjadi mata uang internasional antara lain:
1. Negara itu harus me-maintain trust, yang menyebabkan negara itu memiliki tugas yang berat untuk dunia.
2. Apabila negara pemilik mata uang internasional tidak dapat me-maintain trust, maka dapat menyebabkan mata uang itu drop secara tiba-tiba.
3. Akan lebih sulit dalam mengontrol likuiditasnya
3.    Tidak semua mata uang yang kuat dapat menjadi mata uang internasional
Untuk menjadi mata uang internasional dibutuhkan pemilik yang kuat, dalam hal ini negara yang kuat. Menjadi mata uang yang kuat bukan berarti mampu untuk menjadi mata uang internasional. Ini disebabkan karena negara yang memiliki mata uang itu belum tentu memiliki kestabilan ekonomi dan politik yang baik. Padahal untuk menjadi mata uang internasional, dibutuhkan negara dengan keadaan ekonomi maupun politik yang stabil, karena sebagai mata uang internasional dibutuhkan kepercayaan dari dunia agar dunia menggunakannya.
Sebagai contohnya mata uang dari negara Iraq, yaitu Dinar. Walaupun saat ini Dinar sebagai salah satu mata uang yang terkuat, namun keadaan Iraq tidak stabil, karena perang, konflik dalam negeri, maupun perekonomiannya. Hal ini menyebabkan dunia tidak ingin mempercayakan mata uangnya kepada Dinar Iraq sebab walaupun mata uang itu terkuat, namun belum tentu dalam jangka panjang akan stabil.
Tidak stabil bisa terjadi karena perang yang makin menjadi-jadi atau konflik dalam negeri yang pada akhirnya dapat menyebabkan negara itu jatuh miskin lalu mata uangnya turun menjadi mata uang terlemah. Padahal menukarkan mata uang lalu menyimpannya adalah kegiatan jangka panjang, sehingga dibutuhkan kepercayaan yang besar dari dunia. Inilah sebab Dollar Amerika menjadi mata uang yang dipercayai dunia karena kondisi negaranya yang dapat diprediksi akan stabil dalam jangka panjang

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Halo! Selamat Siang,

Perkenalkan sebelumnya, saya Elfira, dari Department Kemitraan Instaforex Company.
Kami ingin menawarkan kerjasama program afiliasi yang memungkinkan Anda mendapatkan $ 15-53 dari setiap lot pasar standar pelanggan Anda.
Jika Anda tertarik, silahkan hubungi saya dan saya akan memberikan rincian.

InstaForex memberikan semua mitra dengan peluang berikut:

- SUB-IB Program - menarik mitra dan mendapatkan komisi dari klien sub IB anda;
- jangkauan terluas materi promosi;
- konten gratis untuk situs web Anda;
- Statistik link referral canggih dalam Kabinet Mitra Anda;
- website siap pakai bebas untuk kenyamanan Anda;
- bonus kupon untuk mendorong pedagang;
- kampanye - "$ 500 Afiliasi Reward!";
- hadiah untuk mitra: undian dari gadget mobile (iPad, iPhone, Blackberry, atau Samsung Galaxy Tab);
- berbagai pilihan sistem pembayaran untuk account pengisian dan penarikan dana;
- dukungan dan pendekatan individu untuk setiap mitra.

Menjadi afiliasi sekarang dan mendapatkan materi informasi untuk situs web Anda dengan link afiliasi terintegrasi!
Kami akan senang untuk membangun kerjasama yang saling menguntungkan dengan Anda.
Terima kasih atas perhatian yang diberikan, jika ada pertanyaan atau sudah melakukan pendaftaran, silahkan hubungi saya kembali.

Salam,
Elfira

Email:
partners@mail4.instaforex.com

Posting Komentar

MENGAPA DOLLAR MENJADI MATA UANG INTERNASIONAL ? (ringkas)





Normalnya, sebuah Negara mendapat pendanaan salah satunya dengan memungut pajak dari rakyatnya. Namun, bagi Negara superpower mereka dapat memungut pajak dari Negara-negara lainnya. Itulah yang berabad-abad kita saksikan terjadi dalam imperium yunani, romawi, ottoman, dan bahkan hingga Inggris raya.
Namun, untuk pertama kalinya, Amerika serikat pada abad 20 bisa memajaki negara-negara lain dunia secara tidak langsung melalui beban inflasi penciptaan mata uang dollar yang tidak didukung dengan logam berharga. Mata uang dollar yang terdistribusi secara luas menempatkan Amerika pada tempat istimewa. Negara-negara lain harus berkeringat menyerahkan hasil buminya dari minyak, tuna, rotan, kayu, emas, tembaga sementara sang superpower cukup menukarnya dengan uang kertas yang bisa dicetak kapan saja dan tanpa memiliki nilai intrinsik sedikit pun. Risiko terjadinya inflasi dari penciptaan dollar yang berlebihan dengan cerdik dialihkan kepada 60 % lebih penduduk bumi yang menggunakan mata uang ini. Hal tersebut menjadikan dollar sebagai mata uang dunia.
Alasan mengapa dollar menjadi mata uang internasional atau mata uang dunia ?
1.    Sejarah membawa dollar menjadi mata uang internasional
Konon dahulu. Era 1900-an kebawah, hampir semua negara menggunakan emas dan perak dalam transaksi apapun, bukannya uang kertas seperti sekarang ini. Bahkan Amerika Serikat (AS) pun sampai mencantumkan pada Undang-Undang Dasar (UUD) tentang penggunaan koin itu sebagai alat pembayaran.
Sekira tahun 1862-an. Tatkala Presiden Abraham Lincoln membutuhkan banyak uang guna membiayai perang saudara di negaranya. Singkat kata,  parlemen (DPR) AS mengizinkan ia meminjam uang dari bank negara (milik pemerintah) sejumlah 150 juta dolar dalam bentuk koin emas/perak. Seharusnya pemerintahan Lincoln mengembalikan utang tersebut dalam bentuk uang (koin) lagi, namun karena tak mampu, ia lalu memperkenalkan uang kertas –dengan janji– bakal dibayar kelak dikemudian hari. Itulah titik mula pemerintah AS memperkenalkan uang kertas dalam bentuk ‘sertifikat emas atau perak’.
Para pemilik uang menyimpan uang (koin emas) di bank pemerintah, lalu pihak pemerintah akan memberikan sertifikat bukti simpanan itu. Sertifikat itu kemudian dijadikan alat tukar. Misalnya, Si Edy bisa membeli barang kepada Si John menggunakan sertifikat, kemudian ketika Si John membutuhkan uang, ia dapat menyerahkan sertifikat itu ke bank dan menukarnya dengan koin emas/perak sesuai yang tertera pada sertifikat. Akhirnya, secara bertahap uang kertas disosialisasikan kepada masyarakat dan pada gilirannya dicetak secara rutin seperti yang kini terjadi.
Pada awal berlaku uang kertas, memang terdapat cadangan emas di bank sebagai jaminan, akan tetapi lama kelamaan, bukankah cadangan emas pun bakalan habis? Maka yang terjadi adalah uang beredar di masyarakat (mungkin) cuma sekedar kertas, bukan merupakan “bukti” penyimpanan emas di bank.
Dengan uang (kertas), siapapun dapat berbuat apa saja. Roda pemerintah bisa berjalan dan hidup mewah, dimana hal itu tidak bakal terjadi bila koin (uang) emas yang beredar. Retorikanya, bukankah jumlah emas itu sangat terbatas dan hanya berhak dimiliki oleh orang yang benar-benar bekerja dan punya sumber daya? Sudah barang tentu, model pemerintah korup tak mungkin bisa bermewah-mewah dalam sistem ini, kecuali apabila secara terang-terangan ia menindas rakyatnya.
Kelebihan uang kertas dibanding koin emas adalah lebih praktis, lebih efektif dan efisien dalam praktek operasionalnya, dengan kata lain, mudah dibawa kemana-mana dan sebagainya, kendati sisi kelemahan dari sistem seperti ini, segelintir orang bisa meraup dan menimbun kekayaan teramat banyak. Pengubahan sistem koin emas ke uang kertas di AS, ternyata tak semudah membalik telapak tangan. Berjalan sangat alot dan memakan waktu relatif lama. Oleh karena sebagian rakyat AS saat itu sudah mengerti bahayanya penggunaan uang kertas, dan mereka tidak mau dibodoh-bodohi dengan menukar emas dan perak miliknya dengan secarik kertas cetakan.
Dengan pertimbangan guna menyelamatkan perekonomian negara yang ketika itu mengalami krisis besar, ia menggunakan tata cara kekerasan. Pemerintah menyita semua emas perak milik rakyat. Siapa menyimpan emas/perak dianggap kriminal, diancam penjara dan denda. Semua transaksi harus memakai uang kertas. Segala kontrak bisnis yang menggunakan koin (uang) emas sebelumnya, harus segera dikonversi ke uang kertas. Para pemilik uang emas atau perak wajib menukarnya dengan uang kertas di bank-bank.
Dan seiring upaya dan cara paksa pemerintah terhadap rakyat, seiring pula indoktrinasi penggunaan uang kertas  melalui bangku-bangku sekolahan. Sebab ketika itu lembaga pendidikan di bawah kendali pemerintah. Rakyat didoktrin bahwa uang kertas sama baiknya dengan uang emas, dan penyitaan emas adalah demi kebaikan rakyat. Ketika semua emas telah ditarik dan rakyat hanya menggenggam uang kertas, bank melakukan devaluasi mata uang. Lalu pemerintah AS menjual sebagian emas kepada pasar internasional (melalui bank) dengan harga lebih mahal daripada sewaktu “membeli” dari rakyat. Sebagai gantinya, pemerintah AS menerima uang kertas dari “operasi emas” yang disita dari rakyatnya, kemudian dipergunakan untuk membiayai roda pemerintahan.
Inilah salah satu contoh perampokan besar-besaran harta rakyat oleh pemerintah di era  Rooselvelt. Dan sejak saat itu, rakyat AS sesungguhnya telah dijajah oleh bank. Oleh sebab mereka bekerja keras tetapi dibayar dengan uang kertas. Juga berbagai sumber daya alam yang secara hakiki adalah milik rakyat, dieksplorasi, dieksplotasi, lalu hasilnya ditukar uang kertas.
Tahun 1944. AS menggelar Perjanjian Bretton Woods guna menggagas sistem keuangan internasional. Acara tersebut dihadiri 44 negara Barat yang inti kesepakatannya: “bahwa negara-negara tidak lagi menggunakan emas sebagai alat transaksi internasional, melainkan dengan dolar yang di-back up atau dijamin emas”. Dan AS menjamin setiap kertas dollar dicetak, terdapat cadangan emas di bank dalam jumlah tertentu.
Pertanyaan mengapa para adidaya seperti Inggris, Prancis, Jerman dan lainnya “patuh” serta mau saja menerima perjanjian ini, oleh karena saat itu para adidaya dalam kondisi sangat lemah akibat Perang Dunia I dan II. Selain itu, bank AS dicitrakan dan tercitra memiliki cadangan emas terbanyak. Negara-negara lain diminta mempercayai mata uang dolar, oleh sebab bank-bank di AS menyimpan dua pertiga dari emas dunia.
Akan tetapi dalam perjalanan operasional Bretton Woods, AS menyerah! Ia tak mampu menjamin setiap dollar yang dicetak dengan emas. Berbagai isue dan opini pun menyeruak kepermukaan bahwa kondisi itu memang sengaja diciptakan. Dan dianggap sebagai bagian dari grand strategy para penggagas uang kertas itu sendiri.
Secara logika, jumlah emas terbatas, sedang kebutuhan dollar akan terus meningkat dan meningkat. Yang terjadi adalah dollar bakal terus dan terus dicetak serta disebar semau si pemilik percetakan dan jaminan emas terhadap  dollar tidak lagi setara dan seimbang sesuai kesepakatan Bretton Woods.
Tahun 1971. Secara sepihak AS mengumumkan bahwa ia tidak lagi terikat pada Bretton Woods. Artinya pencetakan dollar tidak ada lagi back-up emas. Dunia terhenyak! Inilah yang dikhawatirkan banyak kalangan. Apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Kentang telah jadi perkedel. Dunia terlambat menyikapi. Dollar terlanjur menjadi idola dan merasuk ke berbagai penjuru dunia: Ya, dollar menjadi alat tukar transaksi internasional. Dan logikanya, semenjak tahun 1971-an, sesungguhnya masyarakat global telah jatuh dalam penjajahan bank AS yang secara leluasa mencetak dollar.
Di AS sendiri, satu-satunya lembaga yang berhak mencetak dollar ialah The Fed (Federal Reserve Bank of New York). Tetapi sungguh ironis, awalnya bank ini bukan bagian atau milik pemerintah AS, ternyata ia murni swasta bahkan dimiliki bukan oleh warga negara AS sendiri, melainkan kepunyaan konglomerat Yahudi-Zionis dari klan Rothschild dan rekannya, antara lain Rothschild Bank of London, Rothschild Bank of Berlin, Warburg Bank of Hamburg, Warburg Bank of Amsterdam, Israel Moses Seif Bank of Italy, Lazard Brothers of Paris, Citibank, Goldman & Sach of New York, Lehman & Brothers of New York, Chase Manhattan Bank of New York, dan Kuhn & Loeb Bank of New York.
Tahun 1837-1862 sebenarnya AS telah memiliki bank tersendiri guna pencetak uang, meski dalam bentuk sertifikat emas/perak sebagaimana diurai sepintas tadi. Tetapi ketika Rothschild Cs tahun 1913-an mendirikan The Fed, ia mampu menarik perhatian dan mengambil alih peran bank-bank di AS. The Fed bisa meminjamkan uang kepada pihak pemerintah, oleh karena tercitra mempunyai cadangan emas super banyak.
Adalah kampanye kandidat para presiden AS banyak dibiayai oleh The Fed sebagai faktor utamanya, kendati ada faktor-faktor lainnya, oleh karena bargaining (politik) logis setelah memegang tampuk kekuasaan, maka para presiden terpilih mutlak harus membuat kebijakan yang menguntungkan bagi The Fed sebagai balas jasa bagi sang Big Bos.

Kesimpulan dari sejarah tersebut adalah Dimulai dari perjanjian Bretton Woods setelah Perang Dunia 2 yang efeknya masih terasa hingga sekarang; perjanjian untuk menggunakan emas sebagai standar global nilai mata uang. Pada saat itu keadaan ekonomi negara-negara dunia, kecuali Amerika Serikat, hancur karena perang. Ini menyebabkan mereka bergantung pada pinjaman yang diberikan oleh Amerika. Pinjaman ini diberikan dalam bentuk Dollar Amerika. Sebagai jaminan, Amerika menerima emas yang dimiliki negara-negara ini. Hasilnya, Amerika otomatis menguasai seluruh emas di dunia dan jadinya hanya Dollar Amerika yang nilainya disokong oleh emas. Secara praktis, ini berarti Dollar Amerika telah menggantikan emas sebagai sumber likuiditas perekonomian dunia dan menjadi basis sistem keuangan dunia. Implikasinya, setiap negara membangun cadangan devisa dalam bentuk Dollar Amerika; cadangan Dollar diperlukan agar mata uang negara yang bersangkutan dapat ditukarkan dengan Dollar atau emas. Pada saat ini lah mata uang Amerika itu menjadi mata uang internasional.
2.    Resiko menjadi mata uang internasional
Tidak selalu menjadi mata uang internasional itu memberikan efek positif pada negara yang memiliki mata uang itu, dalam hal ini negara Amerika dengan Dollarnya. Banyak efek negatif yang dapat melanda Amerika saat mata uangnya menjadi mata uang internasional. Beberapa efek negatif menjadi mata uang internasional antara lain:
1. Negara itu harus me-maintain trust, yang menyebabkan negara itu memiliki tugas yang berat untuk dunia.
2. Apabila negara pemilik mata uang internasional tidak dapat me-maintain trust, maka dapat menyebabkan mata uang itu drop secara tiba-tiba.
3. Akan lebih sulit dalam mengontrol likuiditasnya
3.    Tidak semua mata uang yang kuat dapat menjadi mata uang internasional
Untuk menjadi mata uang internasional dibutuhkan pemilik yang kuat, dalam hal ini negara yang kuat. Menjadi mata uang yang kuat bukan berarti mampu untuk menjadi mata uang internasional. Ini disebabkan karena negara yang memiliki mata uang itu belum tentu memiliki kestabilan ekonomi dan politik yang baik. Padahal untuk menjadi mata uang internasional, dibutuhkan negara dengan keadaan ekonomi maupun politik yang stabil, karena sebagai mata uang internasional dibutuhkan kepercayaan dari dunia agar dunia menggunakannya.
Sebagai contohnya mata uang dari negara Iraq, yaitu Dinar. Walaupun saat ini Dinar sebagai salah satu mata uang yang terkuat, namun keadaan Iraq tidak stabil, karena perang, konflik dalam negeri, maupun perekonomiannya. Hal ini menyebabkan dunia tidak ingin mempercayakan mata uangnya kepada Dinar Iraq sebab walaupun mata uang itu terkuat, namun belum tentu dalam jangka panjang akan stabil.
Tidak stabil bisa terjadi karena perang yang makin menjadi-jadi atau konflik dalam negeri yang pada akhirnya dapat menyebabkan negara itu jatuh miskin lalu mata uangnya turun menjadi mata uang terlemah. Padahal menukarkan mata uang lalu menyimpannya adalah kegiatan jangka panjang, sehingga dibutuhkan kepercayaan yang besar dari dunia. Inilah sebab Dollar Amerika menjadi mata uang yang dipercayai dunia karena kondisi negaranya yang dapat diprediksi akan stabil dalam jangka panjang

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Halo! Selamat Siang,

Perkenalkan sebelumnya, saya Elfira, dari Department Kemitraan Instaforex Company.
Kami ingin menawarkan kerjasama program afiliasi yang memungkinkan Anda mendapatkan $ 15-53 dari setiap lot pasar standar pelanggan Anda.
Jika Anda tertarik, silahkan hubungi saya dan saya akan memberikan rincian.

InstaForex memberikan semua mitra dengan peluang berikut:

- SUB-IB Program - menarik mitra dan mendapatkan komisi dari klien sub IB anda;
- jangkauan terluas materi promosi;
- konten gratis untuk situs web Anda;
- Statistik link referral canggih dalam Kabinet Mitra Anda;
- website siap pakai bebas untuk kenyamanan Anda;
- bonus kupon untuk mendorong pedagang;
- kampanye - "$ 500 Afiliasi Reward!";
- hadiah untuk mitra: undian dari gadget mobile (iPad, iPhone, Blackberry, atau Samsung Galaxy Tab);
- berbagai pilihan sistem pembayaran untuk account pengisian dan penarikan dana;
- dukungan dan pendekatan individu untuk setiap mitra.

Menjadi afiliasi sekarang dan mendapatkan materi informasi untuk situs web Anda dengan link afiliasi terintegrasi!
Kami akan senang untuk membangun kerjasama yang saling menguntungkan dengan Anda.
Terima kasih atas perhatian yang diberikan, jika ada pertanyaan atau sudah melakukan pendaftaran, silahkan hubungi saya kembali.

Salam,
Elfira

Email:
partners@mail4.instaforex.com

Posting Komentar